Jakarta Protein merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh. Protein memainkan peran penting dalam membangun dan memperbaiki otot, organ, dan tulang. Diet tinggi protein terbukti membantu mengurangi lemak, menurunkan berat badan, dan meningkatkan rasa kenyang. Ciri dan Gejala Kelebihan Protein, Bisa Picu Masalah Serius Jarang Disadari, Ini 6 Tanda Tubuh Kekurangan Protein 8 Manfaat Protein bagi Tubuh dan Cara Mendapatkannya Jumlah ideal protein harian yang harus konsumsi bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk usia, jenis kelamin, aktivitas, kesehatan, total diet, dan variabel lainnya. Bagi kebanyakan orang dewasa dengan aktivitas fisik yang minimal, para ahli merekomendasikan untuk mengkonsumsi rata-rata harian minimum 0,8 gram protein per kilogram kg berat badan. Meski punya serangkaian manfaat, konsumsi protein berlebih juga dapat menimbulkan sejumlah risiko. Pakar gizi pun menganjurkan untuk tidak mengonsumsi protein melebihi jumlah harian yang disarankan. Berikut dampak negatif konsumsi protein berlebih dirangkum dari berbagai sumber, Jumat 20/3/2020.Ilustraasi foto Liputan 6Berat badan meningkat Meski konsumsi protein dikaitkan dengan penurunan berat badan. Mengonsumsinya secara berlebihan justur akan berdampak sebaliknya. Kelebihan protein yang dikonsumsi biasanya disimpan sebagai lemak, sedangkan kelebihan asam amino diekskresikan. Ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan dari waktu ke waktu terutama jika protein yang dikonsumsi mengandung kalori. Kehilangan kalsium Diet tinggi protein dan daging dapat menyebabkan kehilangan kalsium. Efek ini dapat dikaitkan dengan osteoporosis dan kesehatan tulang yang buruk kelebihan proteinIlustrasi diare iStockphotoSembelit Diet tinggi protein yang membatasi karbohidrat biasanya rendah serat. Protein hewani, khususnya, cenderung tidak mengandung serat. Kekurangan serat dapat menyebabkan sembelit. Konsumsi protein berlebih dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh. Ini dapat membuat tubuh kekurangan cairan dan menyebabkan sembelit. Untuk mencegah sembelit, konsumsilah protein yang juga tinggi serat. Kacang dan buncis merupakan sumber protein dan serat yang sangat baik. Diare Tak cuma sembelit, kelebihan protein terkadang juga menyebabkan diare. Konsumsi terlalu banyak susu atau makanan olahan, ditambah dengan kekurangan serat, dapat menyebabkan diare. Ini terutama bisa terjadi jika seseorang mengonsumsi sumber protein seperti daging, ikan, dan unggas yang digoreng. Untuk menghindari diare, minumlah banyak air, hindari minuman berkafein, batasi makanan yang digoreng, lemak berlebih, dan tingkatkan asupan buruk kelebihan proteinMasalah ginjal iStockphotoDehidrasi rotein membutuhkan banyak pengolahan oleh ginjal dan hati. Setelah protein dibuka oleh cairan lambung di perut, ia akan dipecah menjadi asam amino oleh enzim pankreas di usus. Asam amino bebas kemudian harus diproses oleh hati Anda, dan produk sampingan yang dihasilkan disaring ke dalam urin oleh ginjal. Proses ini bisa menguras cairan tubuh dan menyebabkan dehidrasi. Masalah ginjal Kelebihan protein dapat menyebabkan kerusakan pada orang dengan penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya. Ini karena kelebihan nitrogen yang ditemukan dalam asam amino yang membentuk protein. Ginjal yang rusak harus bekerja lebih keras untuk menyingkirkan nitrogen tambahan dan produk sisa metabolisme buruk kelebihan proteinIlustrasi kesehatan jantung sumber pixabayRisiko kanker Penelitian telah menunjukkan bahwa diet tinggi protein berbasis daging merah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker. Makan lebih banyak daging merah atau olahan dikaitkan dengan dengan kanker kolorektal, payudara, dan prostat. Sebaliknya, mengonsumsi protein dari sumber lain seperti kedelai dan kacang-kacangan telah dikaitkan dengan dengan penurunan risiko kanker. Penyakit jantung Protein banyak ditemukan pada daging merah dan olahan seperti susu berelemak. Makanan-makanan ini mengandung asupan lemak jenuh dan kolesterol tinggi yang merupakan penyebap penyakit jantung. Sebuah studi 2018 juga menunjukkan bahwa konsumsi jangka panjang daging merah dapat penyakit jantung. Saat memilih protein, pilihlah opsi rendah lemak, seperti daging tanpa lemak, susu skim, atau makanan lain seperti kacang dan biji-bijian. Pilih hidangan utama yang menggabungkan daging dan sayuran bersama, seperti sup rendah lemak, atau tumis buruk kelebihan proteinIlustraasi foto Liputan 6Jerawat Konsumsi protein berlebih juga dikaitkan dena masalah kulit seperti jerawat, bruntusan, dan komedo. Makanan berprotein yang kerap dikaitikan dengan jerawat adalah bubuk protein, susu, daging, dan telur. Asam amino yang terdapat pada makanan-makanan ini bisa membuat sel-sel kulit tumbuh dan membelah lebih cepat, yang dapat berkontribusi pada pembentukan jerawat. Asam amino yang tinggi juga menghasilkan tingkat insulin yang lebih tinggi, yang telah dikaitkan dengan pengembangan jerawat. Bau mulut Makan protein dalam jumlah besar dapat menyebabkan bau mulut, terutama jika membatasi asupan karbohidrat. Saat tubuh mengonsumsi protein tinggi dan karbohidrat rendah, tubuh masuk dalam fase ketosis. Fase ini menghasilkan bahan kimia yang mengeluarkan bau yang tidak menyenangkan. Bahkan, menyikat dan membersihkan benang tidak akan menghilangkan baunya. Seseorang harus menggandakan asupan air, menyikat gigi lebih sering, dan mengunyah permen karet untuk mengatasi beberapa efek ini.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Olehsebab itu, sebelum membahas poin utama mengenai efek kelebihan jangkrik pada Murai Batu, berikut kami berikan beberapa kandungan nutrisi dan gizi di dalam pakan EF tersebut. Protein. Lemak. Kalsium. Karbohidrat. Zat besi. DHA 9 asam amino. Manfaat Jangkrik Untuk Murai Batu
Saat memilih produk perawatan rambut, Anda pasti sudah akrab dengan berbagai produk yang bertuliskan keratin di labelnya. Begitu juga ketika Anda pergi ke salon, ada beberapa tempat yang menawarkan perawatan keratin untuk rambut. Lantas, apa itu keratin dan apa manfaat yang diberikan untuk rambut? Apa itu keratin? Keratin adalah jenis protein yang ada pada rambut, kulit, kuku, serta organ dalam dan kelenjar. Keratin berfungsi membentuk dan melindungi bagian-bagian tersebut. Zat ini juga memengaruhi jenis rambut, apakah lurus, bergelombang, atau keriting. Selain dari sel-sel tubuh, keratin bisa didapatkan dari bulu, tanduk, dan wol dari berbagai hewan. Bagian hewan tersebut kemudian diolah menjadi bahan untuk produk perawatan rambut. Protein ini tidak mudah tergores atau robek bila dibandingkan dengan sel tubuh lain. Karena itulah, beberapa orang percaya suplemen atau produk yang mengandung keratin dapat membantu memperkuat dan membuat rambut tampak lebih sehat. Sebenarnya, ada 54 jenis keratin berbeda yang tersebar dalam folikel rambut dan seluruh tubuh. Namun secara garis besar, keratin terbagi menjadi alpha dan beta. Keratin alpha yaitu bentuk bentuk keratin eksklusif yang ditemui pada bulu manusia atau mamalia lainnya. Jenis keratin ini terbagi lagi menjadi tipe 1 dan tipe 2. Tipe 1 merupakan jenis keratin lebih kecil dan punya tingkat keasaman pH yang asam, berfungsi untuk menjaga kesehatan sel epitel yang merupakan penghalang antara bagian luar dan bagian dalam tubuh. Proteindalam daging buruh puyuh dan telurnya dapat membantu menstabilkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Kandungan kolesterol yang terjaga dapat membantu menjaga kesehatan jantung. 5. Mengatasi anemia Kandungan zat besi dalam daging burung puyuh dapat mencukupi hingga 20% kebutuhan harian, bahkan lebih tinggi dari daging ayam. ο»ΏProtein merupakan nutrisi penting yang berperan dalam proses pembentukan dan perbaikan sel serta jaringan tubuh. Namun, kelebihan protein juga tidak baik untuk kesehatan. Jadi, asupan protein perlu disesuaikan dengan jumlah yang telah direkomendasikan. Jaringan tulang, otot, dan kulit, serta berbagai organ tubuh sebagian besar terbuat dari asam amino, yaitu zat hasil metabolisme protein. Selain menyusun jaringan dan sel tubuh, protein juga berperan dalam produksi enzim dan berbagai hormon dalam tubuh, misalnya hormon pertumbuhan. Oleh karena itu, tubuh membutuhkan asupan protein dalam jumlah besar. Namun, Anda juga tidak disarankan untuk mengonsumsi protein secara berlebihan karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Asupan protein yang terlalu tinggi diduga dapat memengaruhi proses metabolisme dan memperberat kerja ginjal. Rekomendasi Jumlah Asupan Protein Harian Jika asupan protein dalam tubuh kurang, seseorang bisa mengalami beberapa tanda dan gejala berupa rambut rontok, rentan terkena infeksi, tubuh lebih lama pulih saat sakit, hingga malnutrisi akibat kekurangan protein atau kwarshiorkor. Oleh karena itu, jumlah asupan protein harian perlu dipenuhi agar tubuh tetap sehat. Namun, asupan protein harian yang disarankan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung usia dan jenis kelamin. Berikut ini adalah rekomendasi asupan protein harian menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019 Anak-anak usia 1β6 tahun 20β25 gram Anak-anak usia 7β9 tahun 35β40 gram Remaja 60β75 gram Orang dewasa 50β70 gram Wanita hamil dan menyusui 70β85 gram Asupan protein harian yang direkomendasikan juga bisa berbeda pada setiap orang tergantung tingkat aktivitas fisik dan kondisi kesehatan tubuh. Orang yang disarankan untuk mengonsumsi lebih banyak protein adalah atlet, lansia, dan orang yang sedang menjalani proses pemulihan luka atau sakit. Namun, asupan protein mungkin perlu dibatasi atau dikurangi pada kondisi tertentu, misalnya ketika tubuh mengalami kerusakan atau gangguan fungsi ginjal. Untuk mencukupi kebutuhan protein, Anda bisa mengonsumsi makanan yang berprotein, seperti daging tanpa lemak, telur, kacang-kacangan, ikan, keju, susu, atau suplemen protein, jika dibutuhkan. Dampak Kelebihan Protein terhadap Tubuh Meski kekurangan protein tidak baik bagi tubuh, kelebihan protein juga bisa berpotensi menimbulkan masalah kesehatan. Berikut ini adalah beberapa dampak kelebihan protein dalam tubuh 1. Penumpukan keton dan bau mulut Mengganti asupan makanan berkarbohidrat, seperti nasi, dengan mengonsumsi terlalu banyak makanan berprotein tinggi atau menjalani diet keto dapat menyebabkan tubuh mengalami kondisi yang disebut ketosis. Kondisi ini bisa mambuat zat kimia keton menumpuk di dalam tubuh, sehingga menyebabkan bau mulut. Selain itu, penumpukan keton juga dapat membahayakan ginjal. 2. Peningkatan berat badan Pola makan tinggi protein memang dapat membantu mengurangi berat badan dalam waktu singkat. Namun, efek jangka panjang dari pola makan ini justru bisa meningkatkan berat badan karena protein berlebih tersebut akan disimpan sebagai jaringan lemak. Hal ini lebih mungkin terjadi jika Anda mengonsumsi makanan berprotein tinggi yang juga banyak mengandung lemak, seperti daging merah atau daging berlemak. Sementara itu, bagi atlet atau orang yang rutin melatih otot, pola makan tinggi protein dapat membuat massa otot bertambah, sehingga berat badan juga ikut bertambah. 3. Kerusakan ginjal Di dalam tubuh, protein akan diolah menjadi asam amino. Sisa metabolisme protein menjadi asam amino akan menjadi urea yang perlu disaring dan dibuang oleh ginjal melalui urine. Inilah alasan mengapa asupan protein yang tinggi dapat membuat ginjal bekerja ekstra. Oleh karena itu, orang yang mengalami penyakit ginjal umumnya disarankan untuk membatasi atau mengurangi asupan protein untuk mencegah kerusakan ginjal yang semakin parah. 4. Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular Asupan protein hewani yang bersumber dari daging merah, daging berlemak, atau jeroan, juga banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Oleh karena itu, terlalu banyak mengonsumsi makanan berprotein tinggi yang bersumber dari hewan bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan stroke. 5. Kehilangan kalsium Asupan tinggi protein bisa menyebabkan tubuh lebih banyak membuang kalsium. Berkurangnya jumlah kalsium dalam tubuh terbukti dapat membuat tulang keropos dan meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis. Sebenarnya, bukan hanya jumlah protein saja, namun sumber protein yang dikonsumsi juga perlu diperhatikan. Para ahli menyarankan untuk memilih asupan protein dari beberapa sumber, baik sumber hewani seperti ikan, maupun sumber protein nabati seperti kacang dan biji-bijian. Walau kelebihan protein diduga berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya beberapa penyakit, namun sejauh ini masih perlu penelitian lebih lanjut untuk mengkaji dampak kelebihan protein secara umum pada kesehatan. Agar jumlah asupan protein Anda cukup, tidak kurang maupun berlebihan, jalanilah pola makan sehat dan bergizi seimbang. Namun, jika Anda memiliki penyakit tertentu, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui jumlah asupan protein yang sesuai dengan kondisi Anda. . 281 412 237 389 488 34 446 165